Halaman

Minggu, 26 Februari 2012

kebangkitan islam di Asia Tengah


KEBANGKITAN ISLAM di ASIA TENGAH

Selama enam tahun  dibawah kekuasaan rezim michael gorbacev uni soviet yang merupakan  musuh besar bagi barat, yang kemudian berubah haluan sebagai negara-negara yang bersahabat dan merupakan tempat perdagangan barang. Uni soviet yang terpecah menjadi beberapa negara tersebut meninggalkan 15 negara merdeka. Dari beberapa negara tersebut setidaknya ada lima negara yang merupakan, atau yang dikhawatirkan  akan menjadi ancaman baru bagi barat dan berpotensi menjadi masalah bagi mereka  negara tersebut antara lain : Kazakhstan, Kyrgistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan. Negara yang berdiri diatas otonomi dan pemerintahan yang mandiri dan negara tersebut secara pemerintahan sistemik mengikuti pemerintahan berasal dari Moscow. Dan kelima negara tersebut ikut serta di kancah prmusuhan ideologi dan persaingan ambisi politik di Timur-Tengah dan Asia Selatan. Tak terlepas dari itu semua, hal yang paling dikhawatirkan oleh komunitas internasional dari negara-negara asia tengah adalah peninggalan islam mereka yang berputar pada ketakutan tentang “Xenophobia” atau kebencian terhadap orang-orang barat. Karena kemerdekaan yang terjadi di asia tengah beriringan saat para pengamat mewaspadai tentang konfrontasi yang akan terjadi antara islam dengan kristen. Dan populasi islam pun semakin bertambah.
Tetapi ironisnya yang terjadi adalah para penemu atau nenek moyang pendiri Asia Tengah berasal dari asuhan Moscow asli dan produk dari Soviet, yang menganggap diri mereka jauh lebih berkuasa dibandingkan Barat maupun non muslim lainnya di Eropa dan Asia. Mereka merasa jera dan traumatis dengan pengalaman buruk dari peristiwa perang sipil di Tajikistan yang mereka jadikan sebuah cerminan bahwa kehadiran Islam Ekstrimis yang berbahaya dapat muncul kembali di negara mereka. Dan banyak dari kepala negara yang berfikir dan bersikap cenderung demokratis menyatakan bahwa islam tidak diizinkan untuk menjadi bagian dari fungsi negara.
Perkembangan islam juga sangat dicemaskan oleh orang-orang Rusia yang terjebak hidup  di Asia Tengah. Populasi orang Rusia di Asia Tengah yang tidak begitu besar tidak berpengaruh, karena pengaruh orang Etnis Rusia di Asia tengah sangat mendominasi, mereka sebagian besar menguasai banyak administrasi penting negara dari aspek ekonomi, politik bahkan mendapat dukungan dan perlindungan oleh pihak pemerintah  Rusia. Oleh karena itu etnis Rusia mendapat pengakuan yang besar dan karenanya mereka tidak ingin kehilangan keistimewaan mereka tersebut.
Diwaktu itu juga, Islam adalah komponen yang paling penting bagi sebuah nasionalisme yang baru. Karena kemerdekaan membuat negara-negara asia tengah menjalin hubungan yang begitu dekat dengan negara muslim tetangga maupun yang jauh dalam hubungan ekonomi dan politik.
Siapakah Muslim di asia tengah
Hingga Revolusi Bolshevik, Asia Tengah adalah bagian dari dunia Islam dan terdapat situs pusat peninggalan kebudayaan Islam. Faktanya adalah peningkatan jumlah siswa dari 15.000 ke 20.000 siswa yang menempuh studi di madrasah Bukhara. Dilain pihak ada sekitar 40.000 ulama di Bukhara menyumbangkan lebih dari 7000 masjid, tempat suci dan sekolah.
Bagi Stalin, nasionalism  dan agama adalah musuh ideologi  yang dapat melemahkan negara. Hingga pada saat itu, keyakinan agama benar-benar diawasi dengan kontrol tekanan dan kejam. Tetapi walau bagaimanapun Uni Soviet tidak  mampu menghilangkan keyakinan dan agama yang dijalani secara sembunyi-sembunyi oleh masyarakat. Uni Soviet begitu lemah bahkan gagal dalam menjaring komunitas dan kepercayaan agama di Asia Tengah.
Agama yang berguna
Keruntuhan Uni Soviet bukan hanya menjadikan Kazakhstan, turkmenistan, Kyrgistan, Tajikistan dan Uzbekistan menjadi negara merdeka. Tetapi memindahkan Islam dari minoritas dan agama yang ditindas oleh penjajah menjadi keyakinan yang mayoritas. Islam memberikan keuntungan yang besar bagi Presiden di negara-negara Asia Tengah yang mana saat ini mengamankan posisi mereka dengan sebuah pemilihan bukan dari keputusan yang dibuat Moskow. Pada 30 bulan pasca kemerdekaan, kegagalan dan kekecewaan pada sistem perekonomian pasar menyebabkan banyak kerugian seperti kemiskinan, kelaparan, gizi buruk dan lain-lain.
Islam merupakan populasi terbanyak yang berada di Asia Tengah. Ajaran dan nilai-nilai  islam pun perlahan-lahan mulai dipakai sebagai pengganti ideologi rezim komunisme. Keputusan nilai islam yang menetapkan  penentangan akan riba menjadikan kebaikan dan melunakkan banyak nilai-nilai kapitalis yang buruk. Sedangkan larangan akan alkohol dan judi menjadi suatu hal yang penting untuk menguatkan sosial masyarakat. Nila-nilai islam lainnya pun mulai ditetapkan  seperti wajib belajar, hormat pada yang lebih tua dan lain-lain. Para pemimpin di Asia tengah juga telah secara aktif mengenalkan islam dimana dulunya mereka harus bersembunyi untuk mempraktekkan agama mereka. Sekarang adalah hal biasa di acara-acara negara untuk memulai dengan mullah menyampaikan doa-doa seperti shalawat. Di Uzbekistan dan Turkmenistan, ulama secara formal dan legal telah ikut dalam pemerintahan. Ulama islam saat ini pun telah memimpin departemen negara. Tiap-tiap negara telah menunjukkan kerjasama islam pada bidang hubungan luar negrinya. Hubungan yang lebih jauh pada negara islam Iran bahkan libya. Dan para presiden Asia Tengah pun mulai menjalin hubungan baik dengan islam dari segala aspek negara. Di waktu bersamaan, para pemimpin wilayah cemas dan sangat takut akan munculnya kekuatan islam di negara mereka yang mungkin bersifat respektif. Meskipun beberapa pihak menginginkannya, tetapi tidak ada satu pun dari presiden mereka yang bisa menerima islam sebagai landasan utama dari negara mereka. Sejak semuanya menjadi teman/sekutu, dari satu tingkat ke tingkat lain, dengan pengalaman masa lalu mereka berupa paksaan politik Moscow yang Atheis, hal ini dinilai tidak mungkin. Ketertarikan publik pada islam sangat mengganggu bagi populasi orang Eropa dari peraturan elit yang saat ini sedang berjalan. Para investor dan dermawan juga mengamati Asia Tengah dengan teliti.
Tidak mengherankan jika masing-masing dari kelima presiden telah berulang kali menyatakan bahwasanya islam fundamentalis bisa menentang pemerintahanya, meningkatkan keresahan publik dan menghalangi para investor asing untuk mencoba masuk. Di Uzbekistan, sistem pemerintahan totalitarianisme adalah sebuah cara untuk bertahan dari ketidak stabilan dan sebagai pembatas hak rakyat sipil. Begitu pula yang terjadi di Kazakhstan dan Kyrgistan.
Kepercayaan agama islam yang dilegalkan dan disahkan di Tajikistan menjadi suatu alasan pembenaran terjadinya perang sipil pada tahun 1992 yang kemudian dilanjutkan hingga saati ini dengan ideologi “anti islam” yang dipaksakan oleh kekuatan militer Rusia. Banyak juga pasukan dari Uzbekistan yang turut membantu dalam perang tersebut, dan begitu pula yang dilakukan oleh sedikitnya orang Kazakhstan dan Kyrgistan dengan mengirim pasukannya.
Islam VS Sekularisme.
Setiap pemimpin di Asia tengah telah memilih sekular sebagai model kepemimpinan mereka. Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayevv memandang dirinya sendiri sebagai Pemimpin Ekonomi Asia (Negara Ekonomi Asia), sedangkan presiden Kyrgistan, Askar Akayev, menghadirkan dirinya sebagai Kepala Swiss Asia. Presiden Turkmenistan, Sapurmurad Niyazov, memproklamasikan dirinya sebagai Bapak bagi orang-orang Turkmen dan Imomali Rahmanov dari Tajikistan adalah seorang pembebas dari bangsanya dari sistem tiraninya Islam. Islam karimov di Uzbekistan menggambarkan dirinya sebgai pemimpin yang dipaksa oleh keadaan untuk menggunakan pertimbangan otoriter. Disini tidak ada kejelasan, apakah ada pemimpin Asia Tengah yang benar-benar mengerti apa itu perkembangan yang dibutuhkan oleh negara sekular, atau sekalipun mereka sadar bahwa terbentuknya  masyarakat sekuler adalah tujuan utama mereka, tetapi tidak ada dari mereka yang pernah tinggal dan hidup di masyarakat yang benar-benar sekuler. Walaupun agama telah dilarang di Uni Soviet, perbudakan, pengabdian pada ideologi membuat negara yang mereka tunggangi lebih mirip seperti teokrasi daripada negara sekuler. Tidak ada satu pemimpin daerah yang memiliki hubungan dekat dengan pengetahuan tentang presiden utama mereka di Asia Tengah. Kebenarannya yaitu  kekuasaan politik pemimpin Asia Tengah hanya sedikit yang membawa pengaruh faham sekular pada masyarakat. Bahkan ada upaya untuk membangun sebuah Pengadilan Islam Nasional yang diharapkan dapat mengontrol Sekularisme tersebut. Mereka adalah para pemimpin yang percaya bahwa mereka dapat dapat menguasai (mendominasi) hubungan masyarakat agar tetap menjalin hubungan yang ramah dan tulus kepada pemimpin agama lokal. Bagaimanapun mereka telah membuang jauh pandangan negatif mereka terhadap Islam.

1 komentar:

  1. Kita menghendaki kebangkitan yang diridhai Allah dan Rasul-Nya. Kebangkitan yang dibenci oleh orang-orang kafir, fasik, munafik, dan para thaghut. Kebangkitan yang membuang representasi kekufuran, kezaliman, kefasikan dan kejahatan untuk menjadikan kita sebagai sebaik-baik umat manusia, kokoh dengan pertolongan Allah dan mendapat penguatan dan bantuan-Nya.

    BalasHapus