KEBANGKITAN
ISLAM di ASIA TENGAH
Selama enam tahun
dibawah kekuasaan rezim michael gorbacev
uni soviet yang merupakan
musuh
besar bagi barat, yang kemudian berubah haluan sebagai negara-negara yang
bersahabat dan merupakan tempat perdagangan barang. Uni soviet yang terpecah
menjadi beberapa negara tersebut meninggalkan 15 negara merdeka. Dari beberapa
negara tersebut setidaknya ada lima negara yang merupakan, atau yang
dikhawatirkan akan menjadi ancaman baru bagi barat dan
berpotensi menjadi masalah bagi mereka negara tersebut antara lain : Kazakhstan,
Kyrgistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan. Negara yang berdiri diatas
otonomi dan pemerintahan yang mandiri dan negara tersebut secara pemerintahan
sistemik mengikuti pemerintahan
berasal dari Moscow. Dan kelima negara tersebut ikut serta di kancah prmusuhan ideologi dan
persaingan ambisi politik di Timur-Tengah dan Asia Selatan. Tak
terlepas dari itu semua, hal yang paling dikhawatirkan oleh komunitas
internasional dari negara-negara asia tengah adalah peninggalan islam mereka
yang berputar pada ketakutan tentang “Xenophobia” atau kebencian terhadap
orang-orang barat. Karena kemerdekaan yang terjadi di asia tengah beriringan
saat para pengamat mewaspadai tentang konfrontasi yang akan terjadi antara
islam dengan kristen. Dan populasi
islam pun semakin bertambah.
Tetapi
ironisnya yang terjadi adalah para penemu
atau nenek moyang pendiri Asia Tengah berasal dari asuhan
Moscow asli dan produk dari Soviet, yang menganggap diri mereka jauh lebih
berkuasa dibandingkan
Barat maupun non muslim lainnya di Eropa dan Asia. Mereka merasa jera dan traumatis
dengan pengalaman buruk dari peristiwa perang sipil di Tajikistan yang mereka
jadikan sebuah cerminan bahwa kehadiran Islam Ekstrimis yang berbahaya dapat
muncul kembali di negara mereka.
Dan banyak dari kepala negara yang berfikir dan bersikap cenderung
demokratis menyatakan bahwa islam tidak diizinkan untuk menjadi bagian dari
fungsi negara.
Perkembangan
islam juga sangat dicemaskan oleh orang-orang Rusia yang terjebak hidup di Asia Tengah. Populasi orang Rusia di Asia
Tengah yang tidak begitu besar tidak berpengaruh, karena pengaruh orang Etnis
Rusia di Asia tengah sangat mendominasi, mereka sebagian besar menguasai banyak
administrasi penting negara dari aspek
ekonomi,
politik bahkan mendapat dukungan dan perlindungan oleh pihak pemerintah Rusia. Oleh karena itu etnis Rusia mendapat
pengakuan yang besar dan karenanya mereka tidak ingin kehilangan keistimewaan
mereka tersebut.
Diwaktu itu juga, Islam adalah
komponen yang paling penting bagi sebuah nasionalisme yang baru. Karena
kemerdekaan membuat negara-negara asia tengah menjalin hubungan yang begitu
dekat dengan negara muslim tetangga maupun yang jauh dalam hubungan ekonomi dan
politik.
Siapakah Muslim di asia
tengah
Hingga
Revolusi Bolshevik, Asia Tengah adalah bagian dari dunia Islam dan terdapat
situs pusat peninggalan kebudayaan Islam. Faktanya adalah peningkatan jumlah
siswa dari 15.000 ke 20.000 siswa yang menempuh studi di madrasah Bukhara.
Dilain pihak ada sekitar 40.000 ulama di Bukhara menyumbangkan lebih dari 7000
masjid, tempat suci dan sekolah.
Bagi
Stalin, nasionalism dan agama adalah musuh ideologi yang dapat melemahkan negara. Hingga pada saat
itu, keyakinan agama benar-benar diawasi dengan kontrol tekanan dan kejam. Tetapi walau
bagaimanapun Uni Soviet tidak mampu menghilangkan
keyakinan dan agama yang dijalani secara sembunyi-sembunyi oleh masyarakat. Uni
Soviet begitu
lemah bahkan gagal dalam menjaring komunitas dan kepercayaan agama di Asia Tengah.
Agama yang berguna
Keruntuhan
Uni Soviet bukan hanya menjadikan Kazakhstan, turkmenistan, Kyrgistan,
Tajikistan dan Uzbekistan menjadi negara merdeka. Tetapi memindahkan Islam dari minoritas
dan agama yang ditindas oleh penjajah menjadi keyakinan yang mayoritas. Islam memberikan
keuntungan yang besar bagi Presiden di negara-negara Asia Tengah yang mana saat
ini mengamankan posisi mereka dengan sebuah pemilihan bukan dari keputusan yang
dibuat Moskow. Pada 30 bulan pasca kemerdekaan, kegagalan dan kekecewaan pada
sistem perekonomian pasar
menyebabkan banyak kerugian seperti kemiskinan, kelaparan, gizi buruk dan
lain-lain.
Islam
merupakan populasi terbanyak yang berada di Asia Tengah. Ajaran dan nilai-nilai islam pun perlahan-lahan mulai dipakai sebagai
pengganti ideologi rezim komunisme. Keputusan nilai islam yang menetapkan penentangan akan riba menjadikan kebaikan dan
melunakkan banyak nilai-nilai kapitalis yang buruk. Sedangkan larangan akan
alkohol dan judi menjadi suatu hal yang penting untuk menguatkan sosial
masyarakat. Nila-nilai islam lainnya pun mulai
ditetapkan seperti wajib belajar, hormat pada yang lebih
tua dan lain-lain. Para
pemimpin di Asia tengah juga telah secara aktif mengenalkan islam dimana
dulunya mereka harus bersembunyi untuk mempraktekkan agama mereka. Sekarang
adalah hal biasa di acara-acara negara untuk memulai dengan mullah menyampaikan doa-doa seperti
shalawat. Di Uzbekistan dan Turkmenistan, ulama secara formal dan legal telah
ikut dalam pemerintahan. Ulama islam saat ini pun telah memimpin departemen
negara. Tiap-tiap
negara telah menunjukkan kerjasama islam pada bidang hubungan luar negrinya.
Hubungan yang lebih jauh pada negara islam Iran bahkan libya. Dan para presiden Asia Tengah pun mulai menjalin
hubungan baik dengan islam dari segala aspek negara. Di
waktu bersamaan, para pemimpin wilayah cemas dan sangat takut akan munculnya
kekuatan islam di negara mereka yang mungkin bersifat respektif. Meskipun
beberapa pihak menginginkannya, tetapi tidak ada satu pun dari presiden mereka
yang bisa menerima islam sebagai landasan utama dari negara mereka. Sejak
semuanya menjadi teman/sekutu, dari satu tingkat ke tingkat lain, dengan
pengalaman masa lalu mereka berupa paksaan politik Moscow yang Atheis, hal ini
dinilai tidak mungkin. Ketertarikan publik pada islam sangat mengganggu bagi
populasi orang Eropa dari peraturan elit yang saat ini sedang berjalan. Para
investor dan dermawan juga mengamati Asia Tengah dengan teliti.
Tidak
mengherankan jika masing-masing dari kelima presiden telah berulang kali
menyatakan bahwasanya islam fundamentalis bisa menentang pemerintahanya,
meningkatkan keresahan publik dan menghalangi para investor asing untuk mencoba
masuk. Di Uzbekistan, sistem pemerintahan totalitarianisme adalah sebuah cara
untuk bertahan dari ketidak stabilan dan sebagai pembatas hak rakyat sipil.
Begitu pula yang terjadi di Kazakhstan dan Kyrgistan.
Kepercayaan
agama islam yang dilegalkan dan disahkan di Tajikistan menjadi suatu alasan
pembenaran terjadinya perang sipil pada tahun 1992 yang kemudian dilanjutkan
hingga saati ini dengan ideologi “anti islam” yang dipaksakan oleh kekuatan
militer Rusia. Banyak juga pasukan dari Uzbekistan yang turut membantu dalam
perang tersebut, dan begitu pula yang dilakukan oleh sedikitnya orang
Kazakhstan dan Kyrgistan dengan mengirim pasukannya.
Islam VS Sekularisme.
Setiap
pemimpin di Asia tengah telah memilih sekular sebagai model kepemimpinan
mereka. Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayevv memandang dirinya sendiri
sebagai Pemimpin Ekonomi Asia (Negara Ekonomi Asia), sedangkan presiden
Kyrgistan, Askar Akayev, menghadirkan dirinya sebagai Kepala Swiss Asia. Presiden
Turkmenistan, Sapurmurad Niyazov, memproklamasikan dirinya sebagai Bapak bagi
orang-orang Turkmen dan Imomali Rahmanov dari Tajikistan adalah seorang
pembebas dari bangsanya dari sistem tiraninya Islam. Islam karimov di
Uzbekistan menggambarkan dirinya sebgai pemimpin yang dipaksa oleh keadaan
untuk menggunakan pertimbangan otoriter. Disini tidak ada kejelasan, apakah ada
pemimpin Asia Tengah yang benar-benar mengerti apa itu perkembangan yang
dibutuhkan oleh negara sekular, atau sekalipun mereka sadar bahwa
terbentuknya masyarakat sekuler adalah
tujuan utama mereka, tetapi tidak ada dari mereka yang pernah tinggal dan hidup
di masyarakat yang benar-benar sekuler. Walaupun agama telah dilarang di Uni
Soviet, perbudakan, pengabdian pada ideologi membuat negara yang mereka
tunggangi lebih mirip seperti teokrasi daripada negara sekuler. Tidak ada satu
pemimpin daerah yang memiliki hubungan dekat dengan pengetahuan tentang
presiden utama mereka di Asia Tengah.
Kebenarannya yaitu kekuasaan politik pemimpin Asia Tengah hanya
sedikit yang membawa pengaruh faham sekular pada masyarakat. Bahkan ada upaya
untuk membangun sebuah Pengadilan Islam Nasional yang diharapkan dapat
mengontrol Sekularisme tersebut. Mereka adalah para pemimpin yang percaya bahwa
mereka dapat dapat menguasai (mendominasi) hubungan masyarakat agar tetap
menjalin hubungan yang ramah dan tulus kepada pemimpin agama lokal.
Bagaimanapun mereka telah membuang jauh pandangan negatif mereka terhadap
Islam.